Selasa, 12 Januari 2010

potensi kepariwisataan bandung

pendapatan dari pariwisata di Jawa Barat mencapai Rp 16 triliun per tahun, tetapi realisasinya belum sampai Rp 1 triliun. Kondisi itu disebabkan banyak lokasi yang berpotensi untuk dikunjungi wisatawan, tetapi tak dimanfaatkan secara optimal.

Wakil Ketua Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Jabar Memet Hamdan di Bandung, Rabu (30/12/2009), mengatakan, pendapatan asli daerah (PAD) Jabar paling besar dihasilkan dari sektor pariwisata atau sekitar 40 persen.

Bila potensi wisata dapat diraih secara optimal, jumlah itu dapat ditingkatkan. Yunani dan Monako adalah contoh negara yang mampu menghasilkan PAD dalam jumlah besar dari sektor pariwisata atau sekitar 80 persennya. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meraih potensi pariwisata di Jabar yakni berpromosi dengan gencar, membenahi lokasi wisata, dan membangun infrastruktur.

Promosi, misalnya, perlu dilakukan terhadap lokasi-lokasi wisata selain yang sudah dikenal banyak wisatawan selama ini, di antaranya Tangkuban Parahu, Ciater, dan Saung Angklung Udjo. Padahal, masih banyak daerah lain dengan potensi wisata, seperti Kampung Dukuh, Kampung Naga, dan Gunung Talagabodas di Kabupaten Garut, serta Kawah Putih di Rancaupas, Kabupaten Bandung.

Pentingnya promosi ditunjukkan dengan perbandingan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Malaysia dan Indonesia. Memet mengatakan, tujuh tahun lalu, wisman yang datang ke Malaysia sebanyak 2,4 juta orang, sedangkan Indonesia sebanyak 5,8 juta orang.

Malaysia lalu mengeluarkan 6 juta dollar AS per tahun untuk promosi di televisi internasional. Kini, Malaysia kedatangan 16 juta wisman per tahun, ujarnya. Adapun Indonesia menargetkan sebanyak 5,8 juta orang per tahun, itu pun dengan realisasi sekitar 90 persen.

Sementara pembenahan lokasi wisata diperlukan karena manajemen pengelolaan yang diterapkan saat ini dianggap belum rapi. Menurut Memet, di Indonesia, lama liburan setiap wisman rata-rata lima hari dan wisatawan nusantara (wisnus) selama tiga hari. Setiap wisman membelanjakan sekitar Rp 1 juta per hari dan wisnus sekitar 100.000 per hari.

(sumber: Kompas)


penurut saya M. Kristina Gultom)

bener juga ya, ketidak optimalan itu harus nya menjadi pemikiran panjang para pemirintah bagian daerah. hal ini penting untuk di benahi agar, potensi pariwisat di daerah bandung semakin baik, potensi yang baik akan menjadi hal yan baik pula jika di kembangkan dengan baik.

maka dari itu mari mulai dari sekarng para generasi bangsa yang pintar dan kreatif untuk sama-sama membangun kepariwisataan Indonesia untuk menjadi lebih baik lagi.Keep Fight

Malay...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar